Urusan venue kelar!
Di pertengahan bulan Maret, Hotel Bidakara ngadain wedding expo. Lha kok ternyata bersamaan dengan jadwalku pelatihan ACLS. Zzzz....
Di hari kedua expo, ibu dan bulikku (oh, adekku juga) menyambangi bidakara wedding expo, tanpa aku karena jadwalku ACLS sampai sore banget waktu itu. Baru deh besoknya aku bisa ikutan masuk ke expo-nya. Aku dan ibu mencar, ibu jalan sendiri sementara aku jalan sama adekku. Di sana, ibu kepincut sama salah satu vendor Diamond. Dia menyediakan paket all in mulai katering, dekorasi, foto, rias, baju, dll. Waktu aku dateng ke stand-nya Diamond, ibu udah itung-itungan harga sama marketingnya namanya Mbak Banun. Untuk paket pernikahan plus akad nikahnya on budget banget kata ibu. Sayangnya Diamond cuma nyediain menu Lontong Cap Gomeh buat test food di stand-nya, waktu aku cobain ternyata enak.
Lanjut deh jalan-jalannya. Waktu mau nyambangin stand-nya Kiki catering, wuileh ruameee banget kayak gang senggol, jadi males deh. Terus ke Yvonne catering, aku cuma nyoba roti jalanya, rasanya lumayan. Eh, tiba-tiba si ibu udah nemplok di stand-nya King's Foto, waktu itu lagi ada promo dengan harga pameran dan ibu tertarik sama hasil dan portofolio yang ditunjukin orang King's Foto. Jadilah ibu booking dan langsung panjer. Aneh lho ini, dimana-mana mah yang dicara katering atau dekor dulu lha ini tiba-tiba udah foto aja, jreng!
Gak jauh dari stand King's Foto, ada stand-nya Domino card. Waktu lagi liat contoh-contoh kartunya, baru ngeh ternyata kami lagi berada di komplek stand-nya Pranatacara WO. Jadi saat itu, organizer ini menawarkan satu paket pernikahan yang terdiri dari vendor-vendor yang spesialis di bidangnya yaitu Dwi Tunggal Citra Catering, Every Decoration, Ana Laksmono, King's Foto, Domino Card, dan Pranatacara WO sendiri. Aku dan ibu dilayani langsung sama mas errr.... aku lupa namanya but let's call him Mas Pranotocoro karena dia kelihatan kaya yang punya WO-nya, haha. Mas Pranotocoro menjelaskan konsepnya, bla bla bla, lalu harganya. Dan, ah... harganya gak masuk budget saat itu. Kalo dibandingin sama Diamond ya pasti milih Diamond karena dengan harga di bawahnya udah dapet semuanya. Tapi belakangan baru tersadar bahwa yang namanya "ada harga, ada kualitas" itu memang ada.
HAbis ngobrol sama Mas Pranotocoro, kami ngesot ke stand sebelah yaitu stand-nya Dwi Tunggal Citra. Waktu itu aku masih buta akan vendor-vendor katering. Taunya cuma Puspa dan Kiki (mentang-mentang namanya sama :P ) dan sama sekali belum pernah denger katering Dwi Tunggal Citra. Aku cobain deh semua makanan di stand-nya. Pertama nyobain ca brokoli, dan aku cuma ambil brokolinya aja (dan meskipun namanya "ca" tapi entah mengapa ndak berkuah). Waktu brokoli itu sampai di gigitan pertama dan rasanya merasuk di lidah, wuiiiiihhhh berasanya ini brokoli dari surga! Ahahaha. Itu brokoli doang bisa ENAK banget. Excited buat nyobain yang katanya menu andalannya "Beef Braise". Luar biasa sodara! Kalo tadi itu brokoli dari surga, ini daging sapi dari surga! Habis itu aku nyobain pastanya, dan ini adalah pasta dari surga! Ah gila! Enak semua!
Adekku juga langsung kepincut sama katering ini, ibu juga suka, tapi belum ada tanggapan apa ibu mempertimbangkan untuk pakai katering ini atau enggak. Belakangan baru diketahui bahwa orang biasa menyebut Dwi Tunggal Citra dengan singkatan DTC saja.
Perjalanan dilanjutkan. Kali ini ke tempat berkumpulnya para make up artist dan busana. Waktu gak sengaja melempar pandangan secara random, tiba-tiba terlihat busana pengantin tradisional Jawa blenggen (beludru) yang sudah dimodifikasi menjadi gaun dengan buntut pinguin. Dari depan, sekilas mirip jubah pesta di film Harry Potter. Dan inilah yang disebut "love at first sight". I wanted a dress like that, menyerupai pun gak papa yang pasti aku tau aku mau pakai baju seperti apa saat resepsi :D
Enough with apparel thingies. Sekarang lebih mblasuk lagi ke belakang, tempat berderetnya stand Entertainment. Di awal aku cuma punya 2 opsyen, kalo gak gamelan tradisional Jawa ya chamber orkestra. Waktu baca brosur dari para vendor entertainment, tertulis ada paket chamber. Nah, kupikir ternyata di tiap vendor entertainment menyediakan grup chamber seperti yang aku pengen. Ternyata setelah diklarifikasi dan konfirmasi, chamber-nya mereka beda dengan chamber yang kumaksud. Berhubung waktu kuliah aku pernah jadi salah satu violinist chamber orchestra di kampusku, jadi yang aku maksud adalah grup orkestra yang jumlah playernya terlalu sedikit untuk dibilang orkestra (sehingga disebut chamber). Ternyata chamber yang para vendor ini maksud adalah grup musik yang terdiri dari 3 atau 4 pemain musik + penyanyi. Alat musiknya bisa gitar, baby grand piano, saxophone, biola. Ada biolanya sih, tapi cuma satu paling banyak dua, gimana bisa jadi orkestra? xD
Aku juga gak nemuin vendor gamelan tradisional Jawa, adanya karawitan Sunda. Oh ya, untuk masalah entertainment aku dan mas-ku sepakat untuk gak pakai penyanyi. Kami berdua kebetulan musisi, dan suka annoyed sama wedding singer gak tau kenapa, hahaha. Kami juga gak suka suara saxophone, buat aku pribadi aku lebih suka trumpet tapi mas-ku sama sekali gak suka brass section. Lah, kenapa jadi ngomongin selera musik? :))
No comments:
Post a Comment